Hampa
Desir angin membuka
setiap lembar kenangan kita. Malam berlahan akan menceritakan tentang dia, dia,
dan dia. Duduk terpaku dengan senyuman bagai sebilah pedang , yang telah
siap bertempur dengan rindu. Terlukis indah tapi tak menarik. Tertata rapi tapi
tak dianggap. Hanya bisa terdiam melihat kenangan itu menari-nari . Menyerahlah
tapi apa yakin? Berhentilah tapi apa ku bisa? Goresan ini, cabikan ini
telah dalam adanya. Membekas punterasa perih. Setengah jiwa berjalan merindu.
Hingga ku bisa menyimpulkan seperti bunga ajisai yang tertinggal hujan nya,
seperti malam yang tertinggal dewi nya.Setangkai kayu pasti akan lapuk dimakan
usia, setangkai mawar di gurun pasti akan layu dan akhirnya lenyap. Kucoba
menutup mata berharap esok ada hati yang menetap. Menutup hampanya saat ini.